Inspirasi

Agar UMKM Siap Hadapi New Normal 

04 Jun 2020, Ditulis oleh Putri Anggia

Agar UMKM Siap Hadapi New Normal 

New normal (normal baru) sudah di depan mata, ini tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ini berarti, kondisi juga tidak akan pernah sama lagi seperti masa sebelum pandemi melanda. Agar siap menghadapi era ini, kita harus bisa  beradaptasi. Adaptasi yang dimaksud bukan hanya berhubungan dengan protokol kesehatan, tapi juga semua aspek kehidupan, tidak terkecuali ekonomi. 

Bagi usahawan, cara terbaik untuk beradaptasi adalah dengan memperhatikan perubahan perilaku konsumennya. Sebenarnya proses adaptasi sudah terjadi selama kurang lebih tiga bulan masa pandemi dan pembatasan sosial. Jika kamu pemilik usaha mikro dan kecil yang tetap beroperasi di tengah pandemi, kamu pun pasti mencatat beberapa perubahan perilaku konsumen yang berbelanja di tokomu. Kamu pun mungkin juga sudah melakukan beberapa penyesuaian selama pandemi.

Namun jika kamu adalah pemilik usaha yang sempat tutup di masa pandemi, beberapa poin ini bisa kamu jadikan bahan pertimbangan saat membuka lagi usaha kamu dalam waktu dekat. 

1. Konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluaran. Ketika konsumen harus berjuang memenuhi tagihan bulanan dengan kondisi pemasukan yang rapuh, mereka telah beralih menjadi konsumen yang lebih bijak dalam melakukan pengeluaran. Kondisi serba-tidak-pasti juga membuat konsumen berpegang pada anggapan: Uang tunai lebih baik disimpan untuk cadangan, bukan dihabiskan.

2. Konsumsi diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan “bertahan hidup” dan “tetap sehat”. Itu mengapa makanan sehat, buah dan sayur, suplemen, alat-alat pertanian, matras yoga, dan sembako jadi produk yang populer belakangan ini. Sebaliknya, industri fashion, barang koleksi, dan segala sesuatu yang sifatnya aksesoris menurun penjualannya akibat pandemik. 

3. Pergeseran dalam online shopping. Pembelian online jadi lebih lebar dan lebih dalam. Lebih lebar dalam arti: Dari produk yang sifatnya keinginan ke produk yang sifatnya adalah kebutuhan. Dari barang-barang non-esensial ke esensial. Sedangkan mendalam maksudnya adalah volume pembeliannya makin besar. 

4. Konsumen mulai terbiasa tidak makan di luar, namun beralih ke layanan delivery. Bedanya, jika sebelumnya layanan delivery hanya dimanfaatkan untuk jenis makanan “indulgence” (seperti: boba tea, pizza, burger, atau ayam geprek), kini bergeser jadi “utility” atau untuk makanan rutin sehari-hari (lauk pauk dengan harga terjangkau namun sering).  Selain itu, konsumen juga mulai terbiasa masak sendiri. Namun jangan dibayangkan mereka masak dari nol seperti orang tua zaman dulu. Emak-emak zaman sekarang lebih suka yang praktis, yaitu masak dari setengah jadi menjadi siap saji. Atau hanya tinggal menggoreng / menghangatkan frozen food saja, misalnya. 

5. Usaha lokal semakin jadi pilihan. Selain karena ada pembatasan barang impor, kondisi pandemi memunculkan kepedulian pada sesama. Hasilnya, industri dan usaha lokal jadi makin diminati. Mulai dari makanan dan minuman, produk sandang, dan kebutuhan lainnya.

Dengan demikian, langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan pelaku usaha mikro dan kecil dalam menghadapi new normal (normal baru) yang sudah di depan mata? Berikut ini beberapa tips yang Qasir rangkum untuk kamu para Usahawan.

Konsumen sudah go digital, kamu juga harus

Seperti dijelaskan di atas, online shopping semakin melebar sekaligus mendalam. Jutaan pembeli baru meramaikan pasar belanja online, bahkan di antaranya baru memulai belanja online saat pandemi. Tidak hanya terbatas pada produk fashion dan hobi, tapi juga hampir  semua kebutuhan. Untuk itulah sebaiknya kamu juga harus mulai menyediakan pengalaman belanja online yang nyaman dan mudah bagi konsumenmu, dilengkapi dengan pendekatan pemasaran yang digital pula. 

Hasil riset Deloitte menyebutkan, baru sekitar 9 % dari UMKM Indonesia yang telah menjalankan bisnis mereka melalui platform ecommerce formal. Sekitar 36% UMKM masih belum menggunakan teknologi informasi sama sekali. Ini sangat disayangkan karena pemanfaatan digital oleh UMKM dapat meningkatkan pendapatan hingga 38% secara umum dan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 2%. “Barriernya, orang-orang tidak mau mencoba apa yang mereka tidak tahu. Padahal di saat kayak gini (pandemi),  eksperimen itu penting banget,"  demikian dijelaskan Arvy Egadipoera, CEO Office Mekari dalam Q-Talks via IG Live beberapa waktu lalu.

Kamu juga harus mulai memanfaatkan platform digital untuk bertemu pelanggan baru. Salah satu platform yang mewadahi UMKM adalah #JagaUMKM, kamu hanya perlu memasukkan data usaha dan produkmu, konsumen yang akan mencarimu. 

Miliki Website

Jika kamu belum memiliki situs web, mulailah sekarang. Kamu memerlukan website untuk memajang brand dan produkmu pada konsumen. Kamu bisa menggunakan fasilitas Fitur Website Usaha di Qasir untuk mendapatkan website dengan sangat mudah dan biaya yang sangat terjangkau. 

Baca juga 5 Alasan Setiap Usaha Kecil Perlu Punya Website

Manfaatkan eCommerce

Manfaatkan juga platform eCommerce yang sudah ada seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan yang lainnya, untuk memperluas pasarmu. Usahakan untuk memiliki akun di setiap eCommerce, karena setiap eCommerce memiliki pelanggan setianya masing-masing. Menggunakan platform eCommerce dapat membantu kamu beralih ke bisnis online dengan cepat, jika memang usaha offline sudah tidak relevan lagi buat brand kamu.

Kelola Inventaris dengan Rapi

Jangan sepelekan urusan inventaris dan data stok produk. Kamu perlu memiliki visibilitas yang jelas tentang data ini. Agak merepotkan jika kamu masih menggunakan cara manual dengan buku dan pulpen. Tapi kamu juga tidak perlu menggunakan platform yang rumit atau yang mahal, apa lagi jika kamu adalah pemilik usaha mikro yang masih merintis. Kalau kamu sudah menggunakan aplikasi Qasir, kamu sudah bisa memanfaatkan fitur Kelola Produk dengan mudah dan gratis. 

Optimalkan Media Sosial 

Manfaatkan juga media sosial untuk memberitahu pelangganmu bahwa usaha kamu sudah buka lagi. Infokan juga ke para pelangganmu jika ada beberapa perubahan dalam caramu menjual. Misalnya mereka hanya bisa datang untuk takeaway, bukan dine-in. Atau ada protokol khusus yang harus dipatuhi saat datang ke tokomu.  

Gunakan Digital Payment

Gunakan metode pembayaran tanpa kontak. Untuk alasan kesehatan, menghindari kontak saat transaksi memang lebih baik. Ini juga sejalan dengan sosialisasi penggunaan pembayaran digital nontunai. Jika kamu sudah menggunakan Qasir, kamu juga sudah bisa menggunakan fasilitas ini dan menerima semua jenis pembayaran digital nontunai mulai dari Go-Pay, OVO, DANA, Link Aja dan ShopeePay. 

Bukan hanya alasan kesehatan dan kepraktisan, transaksi tanpa kontak juga dijamin dengan teknologi keamanan yang telah terbukti mengurangi penipuan uang palsu dan kesalahan hitung kembalian.

Pilih Point of Sales (POS) yang Tidak Membebani Operasional

"Efisiensi semua pengeluaran yang mungkin bisa dilakukan. Pangkas biaya yang tidak perlu, jika memungkinkan. Salah satu yang bisa kamu pertimbangkan adalah penggunaan POS," saran Ervy saat berbincang dengan Qasir di Q-Talks via IG Live.

Coba hitung, berapa banyak yang perlu dikeluarkan untuk sebuah layanan POS berbayar tiap bulan? Ratusan ribu, atau bahkan jutaan rupiah? JIka pertanyaannya dibalik, berapa yang kamu hemat dalam setahun jika menggunakan POS yang tidak memerlukan biaya langganan seperti Qasir? 

Penggunaan teknologi POS yang berbayar hampir sama merepotkannya dengan tidak menggunakan POS sama sekali. Padahal, sistem pencatatan yang rapi dan tervalidasi sudah menjadi kebutuhan yang esensial bagi semua tipe usaha. POS juga sarana usahawan untuk mendapatkan visibilitas usaha. Namun sayangnya masih ada juga usahawan yang belum menggunakan POS. “Kadang sering ditemui alasan mereka tidak memakai software adalah karena tidak ada admin. Karena mereka mikirnya masih: Setiap software harus ada admin yang mengoperasikan. Nah itu juga stigma yang harus dihilangkan, sih. Apa lagi banyak sistem yang dibuat sudah menyesuaikan kebutuhan dan adaptability usernya, seperti Qasir,” Arvy menuturkan.

Kunci yang terpenting dalam mempersiapkan usaha menuju new normal adalah keluwesan usahawan dalam beradaptasi (adaptability). Usahawan juga harus mau membuka mata pada teknologi dan memanfaatkan platform digital. Jangan malas dan takut mencoba yang baru. Yang terakhir, milikilah growth mindset (mindset untuk terus berkembang) dalam menghadapi segala bentuk perubahan.

 

Share artikel ini