Inspirasi

Kiat Agar Usaha Tidak Tergerus Pasang Surut Tren

01 Jul 2019, Ditulis oleh Kezia Sabrina

Kiat Agar Usaha Tidak Tergerus Pasang Surut Tren

“Apa sih yang sedang menjadi tren masa kini?”

Inilah salah satu kalimat yang seringkali dilontarkan oleh para pebisnis di awal usaha. Tren pada dasarnya adalah suatu kecenderungan dalam bisnis yang dapat berpengaruh pada peningkatan penjualan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pelaku usaha menaruh perhatian besar pada tren yang sedang berkembang. Gaya atau jenis produk yang berkembang pesat dalam periode tertentu jelas berpeluang besar untuk menarik minat pasar, sehingga dengan mengikuti tren, pengusaha pun meningkatkan kesempatan untuk diperhatikan, dibeli, serta digunakan oleh masyarakat.

Sebuah artikel dari GetCraft menjelaskan beberapa keunggulan dari mengikuti tren bisnis yang sedang berkembang. Pertama, pemahaman mengenai tren yang berkembang dapat membantu pelaku usaha membuat konten pemasaran yang lebih sesuai dengan minat pasar pada masa itu, sehingga biaya dan terkait strategi pemasaran lebih efektif. Di samping itu, pelaku usaha yang paham akan keinginan pasar tentu akan lebih mudah menemukan cara yang tepat dalam mengambil hati dan menjaga hubungan dengan para calon pelanggan. Keunggulan berikutnya yang mungkin didapat dari pemahaman tren adalah kita mampu lebih cepat menyesuaikan bisnis kita dengan tren tersebut. Kita pun akan lebih mudah menemukan ide baru yang menarik dan terhubung dengan pasar, sehingga memiliki peluang lebih besar pula untuk mengembangkan usaha di kemudian hari. Terakhir, tren dapat membantu bisnis tetap pada jalur yang benar. Berbagai media pemasaran yang digunakan oleh pelaku bisnis akan mendorong engagement dengan audiens. Dari engagement ini, pengusaha bisa meninjau respon dan umpan balik dari konsumen. Inilah yang dapat senantiasa membantu pelaku usaha memantau dan mengembangkan strategi dalam berbisnis.

Jelas bahwa tren memegang peranan penting dalam berdiri serta bertahannya sebuah usaha. Meski tren penting untuk diperhatikan dalam berbisnis, apakah sekadar mengikuti tren cukup? Memang benar bahwa mendirikan usaha dengan mengikuti tren tidaklah gampang, namun tantangan utamanya adalah mempertahankan usaha tersebut, terutama di tengah persaingan bisnis yang begitu dinamis serta tren yang terus berubah dari waktu ke waktu.

Belajar Menjadi Kuat dan Konsisten dari Disable Wardrobe Yogyakarta

Di awal tahun 2019, tim Qasir mendapatkan kesempatan berharga untuk berbincang dengan salah satu pemilik usaha clothing line lokal yang menyediakan ragam pakaian dan aksesoris di Yogyakarta. Perjalanan Ervina Yuliati, sosok di balik Disable Wardrobe, bisa jadi inspirasi bagi para pelaku usaha di Indonesia, khususnya dalam mempertahankan diri di tengah pasang surut tren berbisnis.

Sejak kapan Disable berdiri?

Disable berdiri sejak Juli 2010,  jadi sejauh ini sudah sekitar sembilan tahun, tapi kita baru punya toko sendiri di bulan November 2014. Sebelumnya, kami berjualan dengan konsinyasi ke toko-toko yang sudah lebih dulu ada.

Kenapa bisnisnya dinamakan Disable?

Awal mulanya bikin brand Disable karena kita hanya ingin bikin brand yang mudah diingat. Lagipula, nama Disable belum ada yang pakai. Mungkin orang berpikir konotasinya negatif, ya.

Mengapa memilih untuk berbisnis clothing?

Mungkin karena dulu saya hobinya jajan ke distro. Setiap weekend, saya selalu jajan baju. Di tahun 2007, adik saya memulai sebuah distro dan saya pun ikut membantu. Lama-lama adik saya nggak lanjut, tapi malah saya yang keterusan, bahkan sampai sekarang.

Bisnis distro 'kan sempat ramai, tapi sekarang banyak juga yang gulung tikar. Bagaimana cara Disable tetap bertahan?

Sewaktu Disable lahir, di Yogyakarta saja ada sekitar lima puluh brand clothing. Itu yang tercatat. Tentunya yang tidak tercatat lebih dari itu. Meski begitu, lama-kelamaan semakin sedikit yang bertahan. Saking banyaknya usaha clothing, untuk mencari toko saja kita kesulitan di tahun 2012. Bahkan kita sampai harus masuk ke dalam waiting list. Kami pun berusaha bersabar saja sembari fokus membesarkan aset. Saya tidak mau memaksakan sesuatu tanpa pertimbangan yang matang.

Memasuki tahun 2014, mulai banyak distro yang tutup. Pada saat itu, kami justru bisa memiliki toko dengan aset yang sudah terkelola baik. Sekarang, kami sudah punya dua toko sendiri di Yogyakarta dan Solo, beserta beberapa titik konsinyasi.

Jadi, kalau ditanya rahasianya, mungkin karena kami tidak terlalu heboh di awal. Pelan-pelan tidak apa-apa, yang penting melakukannya dengan konsisten.

Kapan pertama kali merasa perlu sistem point of sales (POS)?

Dari semasa awal membuka toko sampai dua tahun pertama, kami masih menggunakan sistem manual. Ketika lebaran, transaksi membludak, sehingga kami kewalahan. Akhirnya, kami mencoba menggunakan sistem POS custom, tapi harganya mahal. Orang yang mengelola sistem ini pun tiba-tiba menghilang. Akhirnya, kami coba mencari POS yang merupakan produk jadi dan bisa langsung digunakan dari aplikasi Google Play.

Setelah sejumlah riset mandiri dan tanya sana-sini, akhirnya kami mencoba menggunakan Qasir. Hal pertama yang membuat kami tertarik adalah karena sistemnya terlihat simpel. Mudah dimengerti sistemnya, mudah juga mengoperasikannya. Lalu gratisnya itu, sesuatu banget! Soalnya ada teman saya yang membuka tiga toko dan ia harus mengeluarkan uang hingga Rp50.000.000,00 untuk POS berbayar. Di saat yang sama, saya dapat menggunakan Qasir secara gratis, tanpa keluar biaya. Ya, saya senang sekali.

Ada tips untuk pelaku usaha serupa?

Hal yang terpenting adalah pengelolaan usaha harus dilakukan dengan rapi dan terinci, apalagi kalau sudah buka cabang. Hal yang juga tidak kalah penting adalah pemahaman terkait siklus. Sebagai contoh dalam usaha kami, biasanya di bulan kedua, ketiga, dan keempat penjualan lebih kecil. Justru di bulan-bulan itu adalah saatnya kami mempersiapkan stok untuk musim ramai, yaitu Lebaran dan Natal. Jadi, begitu menjelang musim ramai, kami tidak kewalahan.

Selain itu, sebagai pelaku usaha, kita perlu memahami kemampuan produksi kita. Misalnya, kita  hanya mampu membuat 60 buah per artikel, jangan memaksa diri untuk menyanggupi pesanan sebesar 100 buah, tapi kualitasnya diturunkan. Kuncinya adalah jangan terlalu ambisius di awal berbisnis, melainkan menjaga konsistensi. Utamakan kualitas, bukan sekadar kuantitas. Terakhir, urusan pencatatan dan transaksi, serahkankan saja pada Qasir.

Mengapa Perlu Konsisten dalam Berbisnis?

Dari pengalaman Ervina, kita bisa memahami bahwa konsistensi merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah usaha. Ya, mengenal dan mengikuti arus tren perlu dilakukan untuk memahami minat dan ketertarikan pasar terhadap produk yang kita tawarkan, namun letak kesuksesan ada pada strategi berbisnis yang dilakukan secara konsisten.

Majalah bisnis Amerika Serikat Inc. memaparkan lima alasan pentingnya konsistensi dalam sebuah usaha. Dengan konsistensi, kita sebagai pelaku usaha dapat meninjau efektivitas sebuah strategi yang digunakan. Ketika kita menerapkan sebuah sistem atau proses kerja selama jangka waktu tertentu secara konsisten, kita akan lebih mudah mengidentifikasi keberfungsiannya serta membuat penyesuaian kecil untuk memperbaikinya. Konsistensi juga menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas segala upaya yang dikerahkan dalam bisnis, baik di mata tim kita maupun di mata para pelanggan. Ketiga, strategi usaha yang konsisten mampu menunjukkan reputasi bisnis yang baik. Tidak jarang pengusaha mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha, namun biasanya bukan karena strategi dan tujuannya tidak jelas, melainkan karena tim tidak berjalan sesuai jalur yang ditetapkan untuk mencapai tujuan. Ketika pelaku usaha tidak bolak-balik mengganti strategi, namun membuat penyesuaian kecil terus menerus, perlahan rekam jejak keberhasilan bisnis akan terlihat. Hal-hal ini tentu dibutuhkan, terlebih guna mempertahankan diri di tengah tingginya persaingan pasar dan pergantian tren terbaru. Di samping itu, konsistensi membuat usaha kita tampak semakin relevan. Dalam hal ini, pelaku usaha yang baik perlu menghasilkan berbagai inisiatif yang jelas serta dapat diprediksi. Tentu kurang bijak jika pelaku usaha berulang kali mengusulkan inisiatif secara mendadak hanya karena mengikuti tren tertentu, lalu harus diakhiri sebelum ada dampak nyata terhadap penjualan. Terakhir, dengan menunjukkan sikap konsisten, tim dalam bisnis akan memberikan lebih banyak perhatian pada apa yang kita lakukan dan katakan sebagai pemimpin. Cara kita mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan berkomunikasilah yang akan menjadi panduan tim dalam bekerja dan berperilaku, baik terhadap sesama anggota dalam tim maupun terhadap pelanggan. Ketika setiap langkah kita konsisten, bisnis pun bergerak dengan ritme yang sama.

Secara garis besar, mengikuti arus tren dalam berbisnis bukan hal yang salah, tapi yang terpenting adalah menjaga strategi tetap konsisten dalam perjalanannya. Konsisten dalam pesan yang disampaikan terhadap audiens, konsisten terhadap tujuan bisnis, serta konsisten memberikan usaha terbaik bagi para pelanggan.

Sama seperti Elvina yang konsisten dalam mengambil setiap langkah dan pertimbangan dalam usahanya, Qasir juga akan selalu konsisten mendampingi dan memudahkan keseharian para pengusaha. Semudah download aplikasinya secara gratis, kamu bisa langsung mendapatkan berbagai fasilitas penunjang keberhasilan usaha.

Kini, keputusannya ada di tangan kamu, BossQ. Sudah siap menjadikan bisnismu lebih kuat di tengah persaingan pasar dan pasang surut tren?

#Qasir

Share artikel ini